Daerah Istimewa Yogykarta masih berada dalam bayang-bayang darurat sampah. Ketika pengelolaan sampah dilakukan dengan tepat maka dapat dikatakan sebagai ‘pintu masuk’ dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan yang berdampak pada berbagai aspek. Terlebih Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X telah meminta kepada masyarakat untuk melakukan desentraliasi pengelolaan sampah di setiap kabupaten. Sultan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk dapat mengedukasi masyarakat soal kesadaran dalam memilah, mengurangi sampah, hingga mengolah sampah secara mandiri.
Berangkat dari hal tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Mercu Buana Yogyakarta (PkM UMBY) bersama dosen Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok menggandeng kelompok Sido Resik. Tim PkM ini diketuai oleh Shadrina Hazmi, SE., M.Sc., (UMBY) dengan anggota Yetti Lutiyan, M.Sc., (UMBY) dan Dr. Seflidiana Roza, SE.MM., (Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok). Kelompok Sido Resik beralamat di Padukuhan Dukuh Kelurahan Imogiri Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul.
Ketua PkM, Ririn, sapaan akrab Shadrina Hazmi menyatakan pengabdian kepada masyakarat bersama kelompok Sido Resik untuk menambah wawasan anggota kelompok dalam pengelolaan sampah sehingga dapat terorganisir dengan baik sehingga dapat menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan diharapkan menambah nilai ekonomis produk yang dihasilkan dari sampah.
Bertempat di Rumah bapak Eko, tim ini menggelar pendampingan tata kelola bisnis pengelolaan sampah kepada kelompok Sido Resik yang diisi oleh Dr. Seflidiana Roza, SE., MM., secara online, pada Sabtu, 28 Juni 2025. Seflidiana menyampaikan strategi pengelolaan sampah yang didasari 3R yaitu reduce, reuse dan recycle. Reduce artinya mengurangi penggunaan produk yang akan menimbulkan sampah, misalnya penggunaan kantong plastik diganti dengan membawa kantong berbahan kain atau bahan yang bisa digunakan secara berulang, pembelian botol minum bisa diganti dengan membawa botol minum. Reuse berkaitan dengan pengurangan sampah dengan menggunakan produk-produk berulang kali sehingga dapat meminimalisir sampah. Sedangkan 3R yang terkahir adalah recycle dengan mendaur ulang sampah atau barang bekas menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Misal mendaur ulang sampah makanan menjadi pupuk kompos, sampah plastik menjadi produk-produk kerajinnan.
“Masyarakat dapat memaksimalkan aspek recycle sampah sehingga mampu menjadikan produk olahan sampah seperti produk kerajinan, pupuk kompos dan produk lainnya yang memiliki nilai ekonomis,” terang Seflidiana.
Seflidiana pun menjelaskan aturan tentang pengelolaan sampah serta struktur organisasi yang bisa dibentuk oleh pengelola sampah.
Kemudian, hadir pula praktisi pengelolaan sampah, Yosi Sugito. Yosi menekankan pentingnya melakukan pengelolaan sampah mulai dari individu. Setiap manusia menghasilkan sampah untuk itu harus menyadari dengan melakukan pemilihan sampah organic dan nonorganic secara mandiri. Pengindentifikasi potensi sampah dengan melihat karakter jenis sampah dilokasi dan harus bisa memprediksi kriteria tersebut bisa dikelola atau tidak.
“Pengelola sampah harus mempunyai kompetensi dan perlu disetarakan sebagai profesi yang ada di Indonesia melalui standar operasional Prosedur (SOP),” tegas Yosi.
Ketua Sido Resik, Darno memiliki harapan agar kelompok ini mendapat respon positif dari masyarakat dan memberikan pengaruh kesadaran masyarakat untuk peduli akan pengelolaan sampah.