Stadium General Program Pasca Sarjana Magister Profesi Psikologi dan Sains UMB Yogyakarta
(30/3) Sudah saatnya psikologi tidak lagi berkutat pada permasalahan mikro seperti depresi, tes bakat, dll yang berorientasi pada person to person. Namun kini saatnya psikologi membuka wacana baru terhadap problem sosial di masyarakat dengan pendekatan psikologi komunitas. Karena kompleksitas permasalahan sosial di masyarakat yang tidak mungkin selesai dengan pendekatan person to person, namun harus dengan pendekatan komunitas.
Pernyataan tersebut mengemuka dalam Stadium General âPsikologi Komunitas : Teori dan Aplikasinyaâ yang disampaikan oleh Pakar Psikologi Klinis, Prof. Dr. Sofia Retnowati, MS. Stadium General yang diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana Magister Profesi Psikologi dan Sains Universitas Mercu Buana (UMB) Yogyakarta ini juga menghadirkan dr. Sunarto, M.Kes yang merupakan Pelopor Psikolog Puskesmas. Acara yang diselenggarakan di Hotel Santika Yogyakarta ini dimoderatori oleh Kaprodi Psikologi UMB Yogyakarta, Dra. Sriningsih, M.Si.
Lebih lanjut Sofia menjelaskan bila konsultasi person to person berorientasi pada penyembuhan, maka psikologi komunitas lebih berorientasi pada tindakan prevensi dan promotif. âPrevensi paling banyak dicapai melalui intervensi sosial dan komunitas, yang outputnya kemudian berupa program konkrit yang dapat diaplikasikanâ, tandas peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun ini.
Psikolog komunitas, dalam kerjanya harus secara lihai melibatkan masyarakat, beserta tokoh masyarakat dan tokoh agama kemudian membuat program yang merupakan hasil pemikiran bersama dari komunitas tersebut, sehingga komunitas menjadi lebih berdaya.
Problem-problem sosial, menurut Sofia, tidak selesai dengan ceramah-ceramah agama, namun lebih efektif manakala didekati dengan pendekatan psikologi komunitas. âKarenanya psikolog komunitas hendaknya tidak hanya sekedar menguasai teori-teori psikologi, namun harus merambah pada kepekaan ekonomi, dan sosialâ, ujarnya
Sementara dr. Sunarto, M.Kes mengisahkan bahwa ide awal dari gagasan Psikolog Puskesmas ini dicetuskan pada tahun 2004 saat dirinya menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Awalnya, tidak sedikit yang menyangsikan idenya, namun hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya. Kini, bukan hanya puskesmas di wilayah Sleman saja yang menerapkan program psikolog puskesmas, namun program ini.
Menurut Sunarto, ide psikolog puskesmas berawal dari kesadaran bahwa problem kesehatan manusia tidak hanya mencakup sehat raga, namun juga kesehatan jiwa. Sementara layanan puskesmas pada saat itu hanya mengakomodir layanan kesehatan raga. âTaruhlah contoh sakit kepala, tidak selalu hal ini diselesaikan dengan obat, namun seringkali selesai dengan konsultasi kepada psikolog karena sakit kepalanya disebabkan karena stressâ, ujarnya. Â Selain itu, ide psikolog puskesmas ini sekaligus dapat memperluas peluang kerja lulusan psikologi untuk berkarya di dunia kesehatan. (Lilik Purwanti-Humas UMB Yogyakarta)