Isu kesehatan mental semakin penting karena berdampak besar pada kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya di perkotaan, warga pedesaan juga menghadapi tekanan psikologis akibat masalah ekonomi, konflik keluarga, hingga bencana alam. Sayangnya, sebagian besar desa masih minim layanan kesehatan jiwa, bahkan banyak yang belum memiliki kader khusus.
Menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) menyelenggarakan Pelatihan Psychological First Aid (PFA) bagi kader posyandu di Kalurahan Karangduwet, Kapenawon Paliyan, Gunungkidul pada Jumat, 17 Oktober 2025. Program tersebut merupakan hasil hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui skema Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Tim PKM diketuai Kondang Budiyani, M.A., Psikolog, dengan anggota Ros Patriani Dewi, M.Psi., Psikolog dan Eka Aryani, M.Pd.
Bertempat di Aula pertemuan Kalurahan Karangduwet, sebanyak 50 kader posyandu mengikuti pelatihan guna meningkatkan keterampilan menangani kesehatan mental. Pada kesempatan tersebut tim PkM menghadirkan Ardi Primasari, M.Psi., Psikolog, dosen Psikologi UMBY dan founder Biro Konsultasi Psikologi Prima Consultant, sebagai narasumber.
Kondang Budiyani menerangkan kader posyandu diberdayakan menjadi kader kesehatan jiwa (keswa) karena sebelumnya desa ini belum memiliki kader keswa.
“Kami ingin kader Posyandu tidak hanya berperan menjaga kesehatan fisik masyarakat, khususnya ibu dan anak, tetapi juga dapat menjadi garda yang mampu memberikan dukungan psikologis. Kehadiran kader keswa sangat penting untuk menciptakan desa yang lebih peduli kesehatan jiwa,” jelasnya.
Ardi Primasari mengenalkan tentang konsep Psychological First Aid dan melakukan role play agar para kader mudah memahaminya. Psychological First Aid adalah ketrampilan dasar yang dimiliki kader untuk melakukan pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami tekanan psikologis. Primasari, sapaan akrabnya menekankan bahwa keterampilan komunikasi empati dan strategi dukungan psikososial dasar dapat digunakan untuk mengelola kesehatan jiwa.
Komunikasi empati fokus pada mendengarkan orang lain alih-alih melakukan penghakiman atas yang diceritakan. Keterampilan kader dalam melakukan komunikasi empati tersebut, selain dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi dampingan, juga memiliki efek penyembuhan.
“Ketika kita sedang dalam kondisi tertekan dan ada orang yang bisa memahami kondisi kita, tidak menghakimi, dan bersedia mendengarkan, maka sesungguhnya hal tersebut memiliki efek melegakan, menyembuhkan, memulihkan dan menguatkan. Maka, masyarakat bisa segera menghubungi kader keswa untuk mendapatkan pertolongan pertama. Apabila semakin parah dapat menggunakan fasilitas BPJS untuk berkonsultasi dengan Psikolog. Jangan malu dan jangan sungkan untuk bercerita,” pesan Primasari.
Acara ini turut dihadiri oleh Lurah Karangduwet, Budi Paliyanto beserta jajarannya. Kehadiran mereka menjadi wujud dukungan penuh terhadap penguatan kapasitas kader.
“Kami sangat mendukung kegiatan ini karena kesehatan mental sering terabaikan. Dengan adanya kader keswa, masyarakat bisa mendapatkan pertolongan awal sesegera mungkin,” ujar Budi Paliyanto.
Budi menambahkan, melalui pelatihan tersebut Kelurahan Karangduwet diharapkan memiliki jejaring kesehatan jiwa berbasis komunitas yang dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Gunungkidul.
Para kader menyambut positif kegiatan ini.
“Selama ini kami lebih fokus pada kesehatan ibu dan anak. Setelah ikut pelatihan, kami jadi tahu cara memberi dukungan pada warga yang sedang stres atau punya masalah,” jelas Lanjar Mujiyati, Ketua Kader.
Kondang Budiyani pun mengungkapkan bahwa timnya sedang dalam tahap membuat aplikasi mobile bernama KeswaCare. Aplikasi KeswaCare bertujuan untuk membekali Kader Keswa dengan sarana digital yang mendukung tugas mereka di lapangan. Aplikasi ini berisi materi edukasi PFA sebagai panduan dasar dalam memberikan pertolongan pertama psikologis, profil Kader Keswa, logbook kunjungan untuk mencatat aktivitas pendampingan warga secara terstruktur, serta form rujukan yang memudahkan kader melaporkan kasus ke tenaga kesehatan atau Puskesmas.
“Aplikasi KeswaCare menjadi solusi bagi kader karena kegiatannya menjadi lebih terarah, terdokumentasi, dan mudah dimonitor oleh tim pendamping maupun instansi kesehatan terkait,” ujar Kondang Budiyani.
_1761708963.jpeg)