Pendidikan Karakter Sebagai Katalisator Perubahan
28 Feb 2020
2421
by Admin Demo

Dua Dosen Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan (FKIP) UMBY, Nuryadi S. Pd, M. Pd dan  Luky Kurniawan, S. Pd., M. Pd., menyampaikan pentingnya penguatan karakter dan peran pendidik khususnya guru Bimbingan dan Bonseling (BK) dalam forum musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK)  pada Kamis, 27 Februari 2020 yang diselenggarakan di MAN I Bantul. Acara ini melibatkan guru 50 an guru  BK se-Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nuryadi, S. Pd, M. Pd., Dosen FKIP UMBY, dalam paparannya menyampaikan keprihatinnya mengenai fenomena degenerasi karakter yang terjadi akhir-akhir ini, terlebih tidak jarang melibatkan pelajar.  Sebagai contoh aksi klitih yang mewarnai surat kabar lokal akhir-akhir ini, tak segan pelaku klithih melukai korbannya dengan senjata tajam.  Contoh kasus ini tentu saja menjadi bahan refleksi bersama, utamanya para pendidik. Pendidik bersama-sama dengan seluruh stakeholder perlu bekerja lebih keras untuk membantu tercapainya amanat UU NO 20 tahun 2003  bahwa tujuan pendidikan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Lebih lanjut Nuryadi, S. Pd, M. Pd, menjelaskan bahwa strategi mikro mulai dari kelas, ektrakurikuler dan budaya sekolah  perlu mengintegrasikan nilai karakter sebagai usaha memulai penguatan karakter di sekolah.

Menyoroti lebih lanjut mengenai sosok guru bimbingan dan konseling, dosen BK UMBY, Luky Kurniawan, S. Pd., M. Pd., menjelaskan bahwa sosok guru BK ideal yang dibutuhkan saat ini yaitu memiliki kemauan belajar seumur hidup, kreatif, inovatif, kemampuan penggunaan teknologi, reflektif, kolaboratif, student-centered, dan kemampuan menerapkan pendekatan dan perlakukan yang sesuai dengan karakteristik unik peserta didik mutlak diperlukan.

Menurut Luky Kurniawan, kemauan guru untuk belajar seumur hidup (life-long learner) akan berdampak pada pada kemauan guru untuk keluar dari zonanya untuk memahami kehidupan peserta didik generasi Z yang relatif berbeda.  karakteristik generasi Z yang cepat belajar, melek teknologi, dan toleran terhadap perbedaan kultur jika diarahkan dengan baik akan membantu pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan menyongsong generasi emas 2045.

“Sorang guru yang baik dapat mengilhami harapan, menyalakan imajinasi, dan menanamkan cinta belajar _Brad Henry” Ungkap Luky.