Kepanikan akan wabah virus corona (Covid-19) tengah melanda dunia, termasuk Indonesia. Pola hidup sehat pun sangat dianjurkan guna mencegah penularan virus ini, mislanya dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker ketika keluar rumah, menjaga jarak (social distancing). Selain itu masyarakat juga harus membiasakan pola makan yang sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi dan berimbang untuk meningkatkan imun tubuh dalam menangkal virus corona.
Agus Setiyoko, S,TP.,M.Sc., Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP), Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengungkapkan “Pola makan yang tidak sehat ditambah lagi dengan kondisi WfH (work from home) memaksa kita untuk bekerja dan beraktifitas di rumah mengakibatkan kurang gerak/berolahraga, istilah baru yang muncul “kaum rebahan”. Dampaknya adalah naiknya skor asam urat, naiknya kadar kolesterol dan kadar trigliserida darah,” Tutur Agus
Mengkonsumsi makanan yang lezat dan enak merupakan sebuah kenikmatan tersendiri di lidah, tapi perlu diingat, apakah makan yang lezat dan enak itu bergizi atau malah sebaliknya? Ibarat kata menjadi madu di lidah tapi racun di perut. Jangan sampai makanan yang enak dan lezat justruh menjadi gerbang munculnya penyakit degeneratif dalam tubuh kita. Suka atau tidak suka saat ini semakin meluasnya penyakit degeneratif seperti penderita jantung koroner, kanker, darah tinggi, diabetes, dan stroke yang diderita oleh kalangan muda yang berusia 40-an tahun, akibat pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat.
Pandemi virus Covid-19 dapat mengancam terjadinya krisis global pangan karena adanya kebijakan lockdown dari berbagai negara termasuk indonesia. Kondisi ini menyebabkan rantai pasokan pangan terputus. Ditambah lagi adanya pembatasan pada jasa transportasi darat, laut maupun udara semakin mempersulit proses pendistribusian pasokan pangan.
“Oleh karena itu, diperlukan usaha maupun upaya utuk mengadakan bahan pangan yang mampu memenuhi kebutuhan energi dan gizi masyarakat dalam keadaan darurat (ditengah pandemi korona) yang dapat langsung dikonsumsi biasa dikenal sebagai pangan darurat,” Ungkap Agus
Keadaan darurat adalah peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat, dan sebagainya yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk mencegah atau menghindarinya meskipun dapat diperkirakan (UU Pangan No. 7 Tahun 1996). Sedangkan Emergency Food Product (EFP) merupakan produk pangan olahan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan energi harian manusia (2100 kkal) dan dikonsumsi pada situasi yang tidak normal seperti banjir, longsor, gempa bumi, musim kelaparan, kebakaran, peperangan dan kejadian lain yang mengakibatkan manusia tidak dapat hidup secara normal (IOM, 1995). Emergency Food Product bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian para korban (dalam hal ini pandemi korona) dengan menyediakan makanan yang memiliki gizi lengkap.
Indonesia memiliki potensi besar dengan pemnfaatan pangan lokalnya untuk memproduksi pangan darurat ini demi menciptakan ketahanan pangan nasional. Adapun bahan pangan lokal yang berpotensi tersebut seperti kedelai, kacang hijau, pisang, singkong, dan ubi jalar.
“Kacang kedelai merupakan sumber pangan nabati yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Kandungan proteinnya yang tinggi menjadikan daya tarik pengolahan daging tiruan berbasis kedelai. Begitu pula kacang hijau. Kacang hijau juga merupakan sumber bahan pangan berprotein tinggi yang menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum. Beberapa komoditi dengan produktivitas tinggi lain pisang, ubi jalar, dan singkong sebagai sumber karbohidrat,” Tutur Agus
Di Indonesia sendiri produk pangan darurat yang telah dikembangkan berbentuk olahan Intermediet Moisture food (IMF)atau lebih dikenal dengan makanan semi basah, seperti Cookies dan food bars dengan bahan baku sumber pangan lokal Indonesia. Sesuai dengan namanya jenis pangan ini bersifat cukup basah sehingga dapat langsung dikonsumsi dan juga cukup kering sehingga stabil dalam penyimpanan.
Pangan lokal dan produk olahan pangan lokal sudah selayaknya menjadi kebutuhan penting guna meningkatkan imun tubuh. Mengutip pesan dari Bapak Kedokteran Dunia “Leave your drugs in the chemists pot if you can heal the patient with food”. Salam pangan lokal.
Agus Setiyoko, S,TP.,M.Sc.
Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertnian
Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta