(20/4) Program Studi Agroindustris Universitas Mercu Buana bekerjasama dengan MGMP Agribisnis Produksi Tanaman menyelenggarakan Diskusi Panel âPeningkatan Kompetensi Guru Agribisnis Produksi Tanaman SMK Pertanian Se Daerah Istimewa Yogyakartaâ, di Ruang Sidang Rektorat Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Hadir sebagai narasumber dalam Diskusi Panel ini, dosen-dosen Prodi Agroteknologi Universitas Mercu Buana (UMB) Yogyakarta Ir. Wafit Dinarto, M.Si, Dr. Ir. Bambang Nugroho, MP, dan Dr. Ir. F. Didiet Heru Swasono. Turut memberikan pengarahan, Dra. Mulyati Yuni Praptiwi, M.Si.,, dari Dinas Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi (Dikmenti), serta sosialisasi kurikulum Prodi Agroteknologi UMB Yogyakarta oleh Kaprodi Agroteknologi, Dian Astariani.
Dekan Fakultas Agroindustri UMB Yogyakarta, Ir.Wafid Dinarto, M.Si. dalam sambutannya menyampaikan bahwa Fakultas Agroindustri UMB Yogyakarta senantiasa membuka diri untuk bekerjasama dengan SMK-SMK Pertanian, tidak untuk saat ini saja, namun juga dalam berbagai kesempatan kedepan. Terlebih diakui Wafit bahwa mayoritas mahasiswanya berasal dari siswa SMK.
âKarenanya kerjasama diantara kita menjadi penting, karena kita memiliki tugas mulia yang sama, yakni mencerdaskan anak bangsaâ, papar Wafit.
Sementara Dra. Mulyati Yuni Praptiwi, M.Si., menyampaikan bahwa dalam sebelum Kurikulum 2013, guru dinggap sebagai sosok yang tahu banyak atau serba tahu, sehingga metode pembelajaran ceramah yang lebih banyak dipakai.
âSedangkan dalam kurikulum 2013 ini siswa lah yang lebih banyak mencari tahu, guru hanya sebagai fasilitator, untuk merangsang keingintahuan anak dengan pemberian problem-solvingâ, papar Mulyati.
Sementara Ketua Prodi Agroteknologi UMB Yogyakarta, Ir. Dian Astriani, S.P., M.P. menyampaikan bahwa kurikulum prodi Agroteknologi dirancang dengan 103 SKS teori, dan 43 SKS praktek. Sehingga dengan porsi praktek yang banyak, maka diharapkan menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidangnya.
Kemudian dalam sesi Diskusi Panel yang dimoderatori oleh Ir. Warmanti Mildaryani, MP. ini Ir.Wafid Dinarto, M.Si. yang membawakan materi tentang Kompetensi dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Wafit mengatakan bahwa dengan hadirnya KKNI yang merupakan suatu kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang disepakati secara nasional terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional, maka sudah saatnya pendidik merubah pola pikir dari âApa yang akan diajarkanâ menjadi âkemampuan apa yang akan dimiliki oleh peserta didik.
Sedangkan Dr. Ir. F. Didiet Heru Swasono, MP yang menyampaikan materi mengenai âPerspektif Kebijakan Pendidikan SMK Pertanianâ mengatakan bahwa dari data BPS menyebutkan bahwa jumlah warga bermatapencaharian sebagai petani saat ini masih dominan, yakni 39 persen. Sehingga, menurut Didiet, seharusnya kebijakan pemerintah berpihak pada kepentingan mayoritas masyarakat agraris. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Sehingga kebijakan yang tidak berpihak dan mengabaikan mayoritas, akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada jangka panjang.
Ketidakberpihakan pemerintah Indonesia terhadap pertanian tersebut, menurut Didiet, kontras dengan proteksi yang luar biasa pada sektor pertanian di negara-negara maju. Selain memberikan subsidi bagi petani, disejumlah Negara eksportir beras, gula, dan produk pertanian lainnya, diberlakukan tarif impor yang sangat tinggi, seperti Uni Eropa menerapkan tarif impor 297%, Jepang 361%, sedangkan Indonesia hanya 30%â. Ketidakberpihakan tersebut menurut Didiet, kemudian berakibat juga pada menurunnya peminat yang mau bekerja di bidang pertanian.
Berbicara mengenai problem implementasi pendidikan di SMK, menurut Didiet, pendidikan belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja yang berubah, sehingga ada indikasi bahwa program pendidikan di SMK terisolasi dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri.
âHal tersebut karena program pendidikan bersifat âSupply Drivenâ yang ditentukan oleh Provider Utamanya, yakni pemerintah. Karenanya program pendidikan SMK harus beralih dari âSupply Drivenâ menjadi âDemand Drivenâataupun orientasi kebutuhan industri kerjaâ
Sedangkan Dr. Ir. Bambang Nugroho, MP menyampaikan bahwa ditengah banyaknya masalah terhadap hasil pertanian di tanah air, maka berarti makin banyak peluang yang menjadi lahan garap bagi para Sarjana pertanian maupun para lulusan SMK Pertanian. Meski diakuinya bahwa pandangan masyarakat cenderung memandang pertanian sebagai second class. Karenanya menurut Bambang, perlu merubah mindset tentang pertanian, dari yang tadinya âperjuangan hidupâ menjadi âgaya hidupâ. Â Â (Lilik Purwanti-Humas UMB Yk)