Pada dekade 90an, Dusun Sungapan,Hargotirto, Kokap, Kulonprogo, merupakan sentra penghasil panili bermutu tinggi. Tanaman rempah yang buahnya umum digunakan dalam industri makanan, obat dan kosmetik ini tumbuh alami di lereng-lereng bukit. Meski tidak intens membudidayakan, setiap tahun masyarakat setempat biasa memanen dan menjual komoditas yang dikenal sebagai emas hijau tersebut. Memasuki milenium baru, bisnis panili yang dilakoni warga Sungapan sebagai sampingan berangsur surut. Penyebabnya adalah serangan penyakit busuk batang (BBP) yang disebabkan oleh jamur yang oleh para ahli disebut Fusarium. Menurut Tukijan, kepala dusun Sungapan 1, penyakit ini menyerang hampir seluruh panili yang tumbuh di sana. “Awalnya batang panili bagian bawah membusuk, lalu lama kelamaan tanaman mati,” ujarnya. Untuk mengulang kejayaan panili di Sungapan, petani mencoba menanam kembali tanaman yang satu kilo buahnya dihargai hingga jutaan rupiah ini secara intensif. Melalui penyuluhan yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Agroindustri (BEM FAi) Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada 3 Maret 2018, kelompok wanita tani dikenalkan paket teknologi budidaya panili yang baik. Praktiknya meliputi semua tahapan budidaya sejak pembibitan, penyiapan lahan, pemeliharaan hingga panen. Menurut Rahmat Ariza Putra, penyuluh BEM FAi, dengan menerapkan cara budidaya yang baik hasil kajian para peneliti, tidak hanya BBP yang dapat dikendalikan tapi juga produktifitas panili dapat meningkat. “Pemilihan bibit yang sehat, pengelolaan kesuburan tanah yang menyeluruh, serta pemeliharaan tanaman yang intensif adalah kunci dari teknologi ini”, papar mahasiswa pertanian ini. Prinsip bibit bebet bobot dalam memilih jodoh juga berlaku dalam budidaya panili. Indukan yang sehat ijo royo-royo, pernah berbuah dan tidak menunjukkan gejala infeksi BBP adalah sumber bibit yang baik. Perbanyakan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sulur pendek yang terdiri dari 1 – 3 buku atau sulur panjang dengan 7 – 12 helai daun. Perbedaan keduanya terletak pada kesiapan tanam. Stek pendek harus disemai terlebih dahulu sedangkan sulur panjang dapat langsung ditanam di lahan. Selain aspek asal-usul tanaman, kesuburan tanah juga memegang peran sangat penting. Rahmat menjelaskan, tanah yang subur memiliki tiga kriteria, kesuburan fisik, kimiawi dan biologis. Secara fisik, tanah yang subur adalah tanah yang gembur sehingga mudah meresap air dan menyimpan udara yang cukup. Adapun tanah yang optimal secara biologis bagi pertumbuhan tanaman adalah yang banyak mengandung mikroorganisme baik atau biasa disebut probiotik. Kesuburan kimiawi, sebagaimana yang telah dipahami, adalah tanah yang mengandung hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup. Metode yang dilaksanakan untuk mencapai ketiga jenis kesuburan di atas adalah dengan pemberian kompos, penyubur organik cair, pupuk hayati yang mengandung probiotik, dan pengolahan tanah hingga kedalaman akar optimal. Baik kompos atau pupuk cair dapat diracik dari bahan alami yang ada di sekitar lingkungan dan kotoran hewan warga. Sedangkan probiotik yang digunakan pada media semai atau lahan umumnya mengandung jamur trikoderma dan fusarium avirulen yang cara kerjanya serupa vaksin untuk manusia. Terakhir, panili yang sehat, cepat berbunga dan menghasilkan banyak buah hanya dapat terwujud bila tanaman perambat ini dipelihara intensif. Pemeliharaan yang baik mencakup pemangkasan panili dan pohon penaung secara berkala, penyiraman, pemberian kompos dan penyemprotan pupuk cair yang rutin, pendangiran tanah serta penyiangan gulma. Pada umumnya, jika semua kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik, pada usia 2 tahun tanaman akan berbunga dengan hasil mencapai 2 kg panili basah per pokok. Meski petani telah dikenalkan dengan paket teknologi di atas, realisasi budidaya yang baik untuk mengembalikan pamor Sungapan sebagai produsen panili memerlukan kerja dan partisipasi berkelanjutan semua pihak. Menurut Redi, perwakilan BEM FAi, mahasiswa melalui program pengabdian masyarakat akan terus berusaha mendampingi setiap proses budidaya yang hendak dilakoni petani. Di samping itu, tambahnya, perlu kiranya pemerintah atau swasta memberikan dukungan berupa probiotik, media tanam, atau alat penyemprot pupuk agar masyarakat segera kembali merasakan manisnya menanam tanaman asal Meksiko ini.