Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) baru saja meluluskan angkatan pertama dari Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi. Sebanyak 46 lulusan resmi dikukuhkan melalui prosesi Sumpah Profesi yang menghantarkan para lulusan untuk resmi mengabdi sebagai Psikolog Umum yang profesional dan berintegritas. Acara ini diselenggarakan di Eastparc Hotel Yogyakarta, Sabtu (13/12/2025). Hadir dalam agenda ini Dra. Reni Kusumowardhani, M.Psi., Psikolog (Ketua III HIMPSI Pusat), Miftahun Ni'mah Suseno, M.A., Psikolog (Ketua HIMPSI Wilayah DIY), Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D (Ketua AP2TPI Pusat) dan Rektor beserta para pejabat stuktural di lingkungan UMBY.
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi UMBY, Angelina Dyah Arum S., M.Psi, Psikolog, menyatakan bahwa momen ini adalah titik bersejarah bagi institusi.
“Acara ini menjadi momen bersejarah bagi institusi kita, karena untuk pertama kalinya kita menyaksikan lahirnya para psikolog umum lulusan UMBY yang siap mengabdi kepada masyarakat dan bangsa,” ujar Angelina Dyah Arum.
Angelina Dyah Arum menyoroti perjalanan para peserta didik angkatan pertama yang disebutnya sebagai proses yang panjang dan menantang. Menjadi angkatan pertama menuntut kesiapan mental yang luar biasa, tidak hanya untuk memenuhi standar akademik, tetapi juga untuk bertumbuh bersama dengan proses kebijakan yang masih terus disempurnakan. Namun, ia menekankan bahwa pengalaman-pengalaman sulit tersebut justru menjadi bukti kuat bagi proses pembentukan diri.
Angelina Dyah Arum berpesan kepada para lulusan yang akan mengucapkan sumpah profesi. Ia menegaskan bahwa sumpah tersebut adalah janji moral dan spiritual, bukan sekadar seremonial.
“Ini adalah komitmen untuk menjaga martabat manusia, menjunjung kode etik, dan mengabdikan kompetensi psikologi untuk memulihkan, menguatkan, dan memberdayakan sesama. Jadilah psikolog yang berintegritas dan yang tidak kalah penting senantiasa mau belajar sepanjang hayat,” pesannya.
Senada, Dekan Fakultas Psikologi, Reny Yuniasanti, M.Psi., Ph.D., Psikolog menuturkan bahwa momen ini memiliki makna yang istimewa. Prosesi Sumpah Psikolog ini merupakan penanda lahirnya psikolog-psikolog umum pertama dari Prodi Pendidikan Profesi Psikologi pertama UMBY.
“Sebagai angkatan pertama, kalian adalah perintis, yang menjadi rujukan, teladan dan fondasi mutu bagi angkatan selanjutnya. Dari proses yang sudah ditempuh selama 1,5 tahun, kami sangat mengapresiasi kalian bisa menyelesaikan dan berada di titik ini,” ujarnya.
Reny Yuniasanti juga menekankan bahwa para lulusan tidak hanya dibekali keterampilan professional, tapi juga proses menempa sikap, etika dan kepekaan kemanusiaan yang esensinya menjadi ruh psikolog.
“Menjadi psikolog harus adaptif, kontekstual dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Kedepannya kita akan selalu belajar sampai selesai memberikan pelayanan,” imbuhnya.
Rektor UMBY, Dr. Ir. Agus Slamet, S.TP., M.P., MCE., dalam sambutannya mengucapkan selamat dan sukses untuk seluruh psikolog baru yang dikukuhkan. Ia berharap bekal ilmu selama perkuliahan bisa di amalkan dengan penuh integritas.
“Semoga ilmu yg diperoleh bisa diamalkan denga penuh integritas dan karya anda dapat membantu kesulitan yang ada di masyarakat. Harapannya kedepan menjadi solusi dari masalah, bukan bagian dari masalah,” ungkapnya.
Rektor juga berpesan untuk selalu menjaga nama baik almamater dimanapun berada dan menjunjung tinggi sumpah profesi.

Sementara itu, Dra. Reni Kusumowardhani, M.Psi., Psikolog, Ketua III HIMPSI Pusat, mengaku turut bangga atas lahirnya 46 psikolog muda baru yang juga lulus dengan indeks prestasi membanggakan.
Ia mengingatkan kepada para psikolog yang baru dilantik untuk terus memegang teguh etika dan integritas yang sudah diikrarkan dalam sumpah profesi.
“Sumpah ini mengingatkan kita untuk terus memegang teguh etika dan integritas sehingga perjalanan ke puncak karik diwarnai dengan sesuatu yang lembut, halus dan bermakna sehingga didapatkan kepuasan yang luar biasa. Ikrar yang sudah diucapkan bukan hanya sumpah dan janji dihadapan manusia tapi di hadapan Tuhan, dan saya berharap kita bisa memegang teguh etika tersebut,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, di jaman yang serba AI ini, merupakan tantangan tersendiri bagi para psikolog dalam berpraktik.
“Tantangan ini mendorong kita untuk tidak dikalahkan AI tapi mampu bersaing dan tetap hadir dengan segala aspek kemanusiaannya,” pungkasnya.