Mewabahnya kasus antraks menjadi momok baru yang menakutkan belakangan ini bagi masyarakat, khususnya di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemenkes Yogyakarta, sebanyak 93 warga terpapar antraks, tiga orang diantranya meninggal dunia pada Mei hingga Juni 2023. Kabar ini juga diikuti dengan kematian mendadak pada sejumlah hewan ternak seperti sapi dan kambing milik warga setempat.
Antisipasi dan pencegahan diperlukan agar wabah ini dapat ditanggulangi serta menekan penyebarannya dengan meningkatkan antisipasi serta pencegahan penularan terhadap hewan ternak maupun manusia, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Mercu Buana Yogyakarta (KKN-PPM UMBY) Kelompok 53 tahun 2022/2023 bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Hewan (UPT Puskeswan) Semanu mengadakan Sosialisasi Penyakit Antraks dan Sanitasi Kandang yang dilaksanakan pada Sabtu (12/08/2023) di Kelurahan Serpeng, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan bertujuan memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan hewan ternak, para mahasiswa dan UPT Puskeswan Semanu berharap para peternak menjadi lebih waspada apabila terdapat hewan ternak yang menunjukkan tanda-tanda gejala penyakit antraks, bagaimana penanganan pertama pada hewan ternak yang sudah menunjukkan gejala antraks dan manajemen kesehatan hewan untuk meminimalisir kerugian ekonomi peternak akibat kematian ternak.
“Lebih dari itu tujuan dari sosialisasi pencegahan antraks dan sanitasi kandang ini bukan hanya memberikan kesadaran serta pengetahuan kepada masyarakat terkait kesehatan hewan ternak akan tetapi, membuka pikiran masyarakat untuk saling bekerja sama dalam peningkatan keterhubungan sosial untuk menghadapi masalah yang sedang terjadi,” ujar Aldi selaku perwakilan Mahasiswa KKN-PPM UMBY.
Gejala antraks pada manusia biasanya meliputi demam, kelelahan, sakit kepala, dan gejala pernapasan atau pencernaan. Antraks pada manusia merupakan penyakit yang serius dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Di lain sisi, gejala hewan yang terkena antraks adalah ternak yang mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis. Selain itu, sering ditemukan adanya ekskreta berupa darah yang keluar dari lubang-lubang kumlah seperti hidung, mulut, telinga, dan anus.
“Penyakit zoonosis ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya yang dapat menular ke manusia. Manusia biasanya terinfeksi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi oleh spora bakteri, seperti kulit, bulu, atau produk daging yang tidak diolah dengan baik,” jelas Martini, Dokter Hewan dari Puskeswan Semanu.
Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh pihak Puskeswan Semanu, Kepala Dukuh Serpeng Kidul, Wetan, dan Lor, serta masyarakat Padukuhan Serpeng yang berjumlah sekitar 50 orang.
"Adanya sosialisasi ini saya berharap masyarakat serpeng, khususnya serpeng kidul untuk lebih memperhatikan hal-hal kecil seperti kebersihan kandang terutama kesehatan ternak itu sendiri dan saya ucapkan terima kasih kepada mahasiswa KKN-PPM UMBY Kelompok 53 yang sudah membuat acara sosialisasi ini. Saya berharap adanya kegiatan sosialisasi ini dapat memberikan dampak positif kepada warga,” ungkap Kirdi selaku Kepala Dukuh Serpeng Kidul.
Ruly Ningsih, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kelompok 53 mengaku sangat mendukung penuh kegiatan ini karena sangat bermanfaat dan memberikan pemahaman bagi warga akan pentingnya pencegahan penyakit antraks dan sanitasi kendang.
“Diharapkan setelah sosialisasi ini masyarakat di Padukuhan Serpeng, Kalurahan Pacarejo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkhusus padukuhan Serpeng Kidul dapat lebih tanggap akan penyakit hewan ternak yang menular ini, sehingga hewan dapat terawat dengan sehat,” pungkas Ruly.