REKTOR UMB Yogyakarta, USAHA PERTAHANKAN EKSISTENSI UNIVERSITAS
03 Mar 2016
2406
by Admin Demo

Perguruan tinggi menjadi salah satu sektor yang terdampak persaingan global. Banyak tantangan yang harus dilewati institusi pendidikan tinggi, khususnya swasta, untuk mempertahankan eksisteninya.  Kondisi ini dirasakan Rektor Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMB Yogyakarta) Alimatus Sahrah. Kariernya sebagai pimpinan tertinggi di kampus itu dimulai sejak 2009. Menurut dia, tahun tersebut adaah masa-masa tersulit yang harus dilewati universitasnya, sebab baru saja berganti nama pada 2008. “Saat itu banyak yang mengira kami sudah tutup. Sampai-sampai calon mahasiswa sulit menemukan kampus kami,” kata rektor yang akrab dipanggil Aline.

Bahkan, menurut Aline, banyak masyarakat sekitar pun yang tidak mengetahui bangunan di Jalan Wates Km. 10 Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), itu merupakan Kampus I UMB Yogyakarta. Ia menilai, tantangan yang dihadapi saat itu memang berat karena pihaknya kampus harus mengenalkan nama baru kepada publik.

Selain itu, jumlah mahasiswanya pun masih sangat sedikit, tidak lebih dari seribu peserta didik. Padahal, agar tetap bertahan menjalankan aktivitas pendidikan, setidaknya jumlah mahasiswa tidak boleh berkurang.  “Ketika itu tantangan kami berlipat ganda. Selain harus melaksanakan tridarma perguruan tinggi, kami juga harus menjalankan fungsi marketing agar jumlah mahasiswa tetap stabil,” ujar dia.

Pelbagai kejadian yang kurang menyenangkan pun mewarnai perjalanan Aline sebagai rektor. Selain dihadapkan pada aksi unjuk rasa mahasiswa, sempat pula ada ancaman pembakaran kampus. Beruntung ancaman itu tak terjadi. “Bangunan kampus kami sudah dikucuri bensin,” kata dosen Psikologi itu.

Pembenahan di berbagai sisi pun terus dilakukan. Alline merombak standar kerja universitas. Ia juga membuat sitem yang baku dalam pengelolaan data. Di antaranya menyusun basis data mahasiswa dan karyawan, serta membuat sistem laporan akademik online. Salah satu kebijakan yan dinilai paling memberikan pengaruh signifikan adalah terkait pengajar. Yaitu dengan adanya ketetapan insentif berdasarkan hasil kerja. Antara lain dengan memberikan bonus tambahan bagi dosen yang memeriksa tugas mahasiswanya.

Seiring berjalannya waktu, kerja keras itu akhirnya membuahkan hasil. Jumlah mahasiswa UMB Yogyakarta semakin meningkat. Saat ini, total mahasiswanya sudah sekitar 4.000 orang. Menurut Aline, hasil kerja sama civitas akademika pun membawa UMB Yogyakarta memperoleh berbagai pencapaian yang signifikan dari tahun ke tahun. Sekarang ini UMB Yogyakarta memiliki tiga kampus, yakni di Jalan Wates Km. 10, Jl. Jembatan Merah  84 C Gejayan, dan Jl. Ring Road Utara Depok Sleman. Aline mengatakan, perlu ada ketegasan dalam mempimpin kampus, terutama membina mahasiswa. “Tapi, ya mesti sabar juga karena apa pun kebaijakan kita pasti ada yang memprotes,” ujar dia. Namun, ia mempunyai prinsip, selama kebijakan baik, maka tidak akan ragu untuk merealisasikannya.