KKN 45 UMBY Gali Potensi UMKM Tempe Bungkus Daun Awar-Awar
11 Aug 2023
511
by Farida Dian Farida Dian
Foto: Mahasiswa UMBY Bantu Warga Produksi Tempe Bungkus Daun Awar-Awar

Kelompok 45 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) melakukan pengabdian di Padukuhan Mranggen, Candirejo, Semanu, Gunung Kidul dengan program kerja digitalisasi marketing UMKM Tempe bungkus Daun Awar-awar.

UMKM yang dikelola oleh warga setempat ini sudah berdiri selama 11 tahun namun  masih dijalankan dengan cara tradisional. Awal mula tercetus ide membungkus tempe dengan daun awar-awar karena saat musim kemarau warga kesulitan mendapatkan bahan untuk membungkus tempe dengan daun pisang atau jati.

Penggunaan Daun Awar-awar tersebut masih sangat jarang digunakan sebagai media pembungkus tempe karena umumnya bungkus tempe masih menggunakan plastik, daun jati ataupun daun pisang. Selain mudah ditemui, penggunaan daun awar-awar untuk membungkus tempe tidak begitu mempengaruhi cita rasa dari tempe itu sendiri. Biaya produksinya pun tidak jauh berbeda dibandingkan dengan daun pisang atau jati.

“Kesadaran kami dalam kepedulian isu lingkungan dan gerakan hijau juga membuat kami tertarik menyoroti penggunaan daun Awar-Awar sebagai kemasan dari produk pangan. Dari keunikan itulah yang membuat kami tertarik dan terpanggil untuk menggali potensi UMKM tersebut,” kata Pipin Yuliyanto, ketua KKN 45.

Kepala Dukuh Padukuhan Mranggen, Rumiyanti, merasa senang dengan kehadiran mahasiswa KKN 45 UMBY di tengah-tengah warga. Rumiyanti mengaku, sebelumnya Padukuhan Mranggen belum pernah mendapat pelatihan apapun.

“UMKM ini terbentuk atas dasar ketelatenan warga demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya mahasiswa KKN disini dan kami berharap dapat memberikan pengetahuan berupa pelatihan ataupun penyuluhan pada pelaku UMKM tentang kehigienisan, pemasaran dan lainnya demi memajukan UMKM di padukuhan kami,” ungkapnya.

Walaupun sudah berjalan lama, sayangnya UMKM ini belum terlalu mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Produksi yang masih dijalankan dengan manual tanpa bantuan alat, keterbatasan biaya untuk produksi Tempe Awar-Awar selaras dengan harga penjualan produk yang tergolong sangat murah, yaitu Rp 250/pcs. Hal tersebut yang membuat mahasiswa lebih berfokus pada digitalisasi marketing guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM.

“UMKM kami masih memproduksi tempe secara tradisional, sehari mampu memproduksi kurang lebih 2000 tempe. Sayangnya harga kedelai yang merupakan bahan baku tinggi, karena menggunakan kedelai impor. Harapannya semoga ada kepedulian dari instansi setempat untuk memberikan modal agar UMKM ini bisa lebih berkembang,” ujar Mukirah, pemilik usaha tempe bungkus daun awar-awar.

Para mahasiswa berharap dengan adanya proker pemberdayaan UMKM ini mampu memberikan sudut pandang yang berbeda untuk pelaku UMKM dan menjadi sebuah solusi yang untuk pemecahan masalah yang ada. Sehingga nantinya UMKM ini dapat memiliki daya saing tinggi dan dikenal secara lebih luas lagi agar mampu mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.