Ahmat Enric Setyawan, Mahasiswa FIKOM Lolos Kompetisi Film KPK
06 Nov 2024
1838
by Fitriana Fitriana
Foto: Ahmat Enric Setyawan, Mahasiswa FIKOM Lolos Kompetisi Film KPK (Enric berbaju garis-garis)

Karya Ahmat Enric Setyawan, mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) berhasil lolos dalam kompetisi film. Enric, sapaan akrabnya, mengikuti kompetisi Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Rabu, 4 September 2024. Kompetisi tersebut digagas dan dikelola oleh Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK dengan tema “1 Dekade Berkarya: Berantas Korupsi Lewat Seni”. 

Kompetisi yang mengusung tema "Berantas Korupsi Lewat Seni" bertujuan menyebarkan nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat luas. Penilaian dalam kompetisi ini menitikberatkan pada kualitas cerita yang mampu menyampaikan pesan antikorupsi dengan menarik serta desain produksi yang mendukung alur, karakter, dan suasana cerita.

Enric sebagai producer dalam film pendek berjudul "Hanya Printer" berhasil menarik perhatian juri dengan tema kuat dan pesan moral terkait isu-isu antikorupsi yang lekat dalam kehidupan sehari-hari. Enric mengungkapkan bahwa kecintaannya terhadap dunia film mendorongnya untuk mengikuti kompetisi ini. Menurutnya, film merupakan medium yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting yang sulit dijangkau oleh jalur formal.

“Banyak pesan yang tidak bisa disampaikan di jalur formal dan hanya mampu tersampaikan melalui film dengan tanpa maksud menggurui,” jelas Enric.

Film "Hanya Printer" terinspirasi dari kegelisahan Enric terhadap perilaku koruptif yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari, terutama di instansi yang lekat dengan fasilitas negara.

“Film ini menggambarkan tindakan korupsi dalam skala kecil, seperti penyalahgunaan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi atau kelompok,” beber Enric.

Pesan utama film ini adalah mengingatkan bahwa tindakan kecil seperti itu pun termasuk perilaku korupsi yang dapat merugikan.

“Kami berharap film ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa korupsi, bahkan dalam bentuk kecil sekalipun adalah tindakan yang merugikan banyak pihak. Kami ingin mengingatkan semua orang untuk lebih peduli terhadap integritas dan turut serta dalam pemberantasan korupsi,” harap Enric.

Proses pembuatan film ini dimulai dari pelatihan movie camp yang diadakan oleh ACFFEST, di mana Enric dan timnya mendapat bimbingan dari Wahyu Agung Prasetya dari Ravacana Films. Dalam prosesnya, mereka berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mengembangkan cerita, mencari kru, dan mempersiapkan produksi. Tantangan terbesar yang dihadapi Enric adalah mengatasi berbagai hambatan dalam skala produksi yang besar, seperti koordinasi lokasi syuting yang melibatkan fasilitas umum, namun pengalaman ini memberi Enric wawasan baru dalam dunia perfilman. Film "Hanya Printer" turut dalam kampanye KPK melalui roadshow dan sinemaksi di berbagai daerah, universitas, dan instansi, serta akan dipublikasikan melalui kanal YouTube KPK.

Lolos dalam kompetisi ini menjadi pencapaian luar biasa bagi Enric, terutama mengingat Enric tidak memiliki latar belakang perfilman karena memilih berkonsentrasi di Marketing Communication. Enric dan tim berhak menerima pembinaan dan produksi film pendek dengan dana sebesar Rp 50.000.000.

Ke depan, Enric tidak akan berhenti sampai disitu saja. Ia tengah mengincar pendanaan dari Dana Keistimewaan DIY untuk proyek film pendek berikutnya dengan mengangkat isu-isu sosial lainnya seperti pendidikan, sampah, dan disabilitas serta berencana untuk mengikuti festival film yang lebih bergengsi di tahun 2025.

Dr. Didik Haryadi Santoso, MA., Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi mendorong para mahasiswa mengembangkan bakat dan minat melalui mengikuti ajang kompetisi tingkat nasional bahkan internasional.

“Mahasiswa FIKOM kami dorong untuk mengembangkan hardskill ataupun softskill guna meningkatkan kompetensi dan mampu menghadapi dunia industri setelah lulus nanti. Disamping itu, ketika meraka mengikuti kompetisi, mereka tengah membuka jaringannya untuk lebih siap dengan dunia industri,” ungkap Didik Haryadi.