Yogyakarta(3/12), Himpunan Mahasiswa Magister Profesi Center (MPC) Universitas Mercu Buana Yogyakarta bekerjasama dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Nasional bertema âPsikologi Untuk Indonesiaâ. Seminar yang diselenggarakan di Aula Fishum UIN Sunan Kalijaga ini menghadirkan dua pembicara, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikololog., serta Mohammad Fauzil Adhim dengan pengantar materi seminar oleh Ketua MPC Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Lalu Nur Haidir.
   Mohammad Fauzil Adhim, Sarjana Psikologi yang kerap disandingkan dengan para doktor dan profesor untuk menjadi pemateri dalam forum-forum seminar internasional ini dalam pemaparannya menyampaikan kiat untuk make a difference, sehingga menjadi ilmuan yang diperhitungkan. âPertama yakni membangun kompetensi. Dalam subjek apa anda membangun kompetensi anda, bukan sekedar kemampuan anda.â, paparnya.
   Selanjutnya menurut Fauzil adalah membangun perspektif sendiri, tidak sekedar dengan mendialogkan apa yang kita baca dengan data-data yang lain, tidak juga sekedar hanya membaca informasi kemudian mensharekannya secara mentah-mentah. Ketiga, hindari sekedar mengikuti tren / mode. âKarena bila sekedar mengikuti tren/mode, maka karya akan cepat tenggelam, kemudian ditinggalkanâ, jelasnya.
   Kiat make difference yang lain yakni dengan mengembangkan deep reading bukan speed reading. âAnda membaca buku selama 3 bulan, tetapi benar-benar mendalami materi dalam buku tersebut, akan jauh lebih baik daripada membaca cepat, namun kemudian tidak membekas sama sekaliâ, tandasnya.
   Sementara Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikolog dalam paparannya mengingatkan akan pentingnya mengkaji secara ilmiah budaya nenek moyang. Indria kemudian mencontohkan mengenai genogram yang merupakan alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah keluarga pasien yang berguna untuk mengungkap persoalan emosional individu yang belum terpecahkan. âKita terkagum-kagum pada genogram yang notabene berasal dari barat, padahal sejak zaman nenek moyang kita pun sebenarnya telah menggunakan konsep ini, namun biasanya disampaikan dengan bahasa sederhana yang cenderung kuno dan terkesan tidak ilmiahâ, karenanya maka ditegaskan oleh Indria, bahwa tugas kitalah untuk kembali menggali dan mengkaji warisan budaya tersebut secara ilmiah. (Lilik Purwanti-Humas UMB Yogyakarta)