“Manajemen Kepepet”, Lejitkan Mental Pemenang
05 Jul 2013
2337
by Admin Demo

pak setyo

Universitas Mercu Buana (UMB) Yogyakarta bermitra dengan Akademi Teknik Tirta Wiyata (AKATIRTA) Magelang dan Pemkab Magelang, dalam Program Iptek bagi Wilayah (IbW)nya mengadakan Pelatihan AMT Inisiasi Wirausaha Baru Bagi Wirausaha/Calon Wirausaha di Kecamatan Kaliangkrik, Magelang. Pelatihan yang diselenggarakan pada 30 Juni-1 Juli 2013 di Aula Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) tersebut bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Potensi, Bina Karya Insani (BINKAI).

Dosen UMB Yogyakarta, Ir. Setyo Utomo, MP, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa setiap manusia terlahir sebagai pemenang. Lebih lanjut Setyo menjelaskan bahwa dalam proses pembuahan, dari ratusan juta sel sperma yang keluar dari ayah, terjadi kompetisi yang sangat dahsyat untuk memperebutkan satu sel telur ibu. Perjungan ratusan juta sel sperma begitu berat untuk bisa masuk ke sel telur karena harus melawati perjalanan panjang, serta harus melawan anti bodi dan kondisi keasaman dalam rahim yang mampu membunuh sel sperma tersebut. Akhirnya, hanya satu sperma saja yang mampu bertahan dan berhasil memasuki sel telur untuk melakukan pembuahan.

“Satu sperma itulah asal muasal kita yang telah memenangkan kompetisi dari ratusan juta sel sperma lainnya, yang menandakan bahwa setiap manusia diciptakan sebagai pemenang dari sebuah perlombaan hebat”, tandas Setyo.

Mental pemenang ini pun masih lestari hingga sang bayi lahir ke dunia, yang ditunjukkan dari kegigihannya belajar berjalan meski berulang kali terjatuh.Namun kerap dijumpai semangat pemenang ini terus menurun hingga tinggal 30% saja semangat itu ketika kita berumur 40an tahun.

“Sang juara ini kerap kali terlalu ‘ngeman awake dhewe’ (memanjakan diri), sehingga dari situlah awal dari perbedaan nasip”, ujar Setyo.

Sikap memanjakan diri ini perlu disiasati dengan manajemen kepepet, yakni mengkondisikan diri untuk “kemrungsung” (terburu-buru) dengan memendekkan target. Karena sebenarnya kita punya energi yang sangat dahsyat, hanya saja untuk memunculkannya seringkali harus dipacu dengan kondisi yang serba memburu.

Dengan didampingi oleh Sarwono, SE dari BINKAI, peserta AMT kemudian diajak untuk melakukan praktek sederhana “manajemen kepepet” dengan meminta peserta untuk menangkap binatang liar yang bisa terbang dalam keadaan hidup, kemudian menaruhnya dalam plastik. Sebelumnya, peserta diminta untuk mematok target yang akan dicapai. Sesudah menangkap binatang, peserta kemudian diminta untuk membandingkan antara target dengan hasil tangkapan.

Sesudah itu, peserta AMT juga diminta untuk melakukan pengisian Kuosioner Keyakinan Motivasi (KKM) untuk mengetahui pada tingkatan mana kebutuhan manusia akan aktualisasi, penghargaan, kasih sayang, keamanan, serta kebutuhan dasarnya sebagaimana teori Hendry Fool. (Lilik Purwanti-Humas UMB Yogyakarta)