Dosen Ilkom UMBY Bahas Tantangan Disinformasi di Era Post-Truth
04 Dec 2024
955
by Farida Dian Farida Dian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Dr. St. Tri Guntur Narwaya, M.Si., menjadi narasumber seminar yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa POROS Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada Senin (2/12/2024) di Hall Utama Kampus 4 UAD. Topik seminar diskusi ini mengangkat tentang disinformasi yang menjadi salah satu tantangan serius bagi masyarakat di era post-Truth. Acara ini juga mengundang Dilla Sekar Kinari, mahasiswa Pendidikan Profesi Psikologi UAD, sebagai narasumber kedua.

Dalam seminar tersebut, Dr. Guntur Narwaya, lebih banyak memberikan pemaparan tentang pentingnya cara berpikir lebih kritis dan reflektif untuk menghadapi tantangan disinformasi. Menurutnya, disinformasi tidak cukup ditangkap sebagai problem komunikasi yang sifatnya teknis dan instrumentalistik. Disinformasi sejatinya adalah mengakar pada watak inhern manusia sendiri.

“Watak ketergantungan akan teknologi, sempitnya lanskap dan ruang perpsektif serta interaksi sosial yang sempit lebih akan mempermudah potensialitas disinformasi akan muncul. Disinformasi akan mudah masif diterima dan diyakini sebagai kebenaran, karena ditunjang dengan watak dasar manusia yang malas untuk mengembangkan refleksivitas cara berpikir yang kritis,” jelasnya.

Sementara dalam sub topik lain, Dilla memberi beberapa pembahasan mengenai problem krusial anak muda yang sering terjadi yakni tentang fenomena ‘burnout’, yakni kondisi keletihan secara psikis dan emosional karena beban aktifitas kerja tertentu. Dalam pandangan Dilla, ‘burnout’ akan muncul saat seseorang mengalamai sebuah kondisi keletihan tidak hanya fisik namun juga mental dan emosional.

Dalam pembahasan diskusi selanjutnya, Guntur Narwaya justru menegaskan bahwa situasi ‘burnout’ sangat berelasi dengan hadirnya banyak fenomena disinfrmasi. “Pada banyak aspek kondisi post-truth sendiri. Hilangnya banyak batas antara kebenaran dan manipulasi membeuat masyarakat dihadapkan pada fenomena ketidakpastian dan mengaburnya pegangan atas jaminan kebenaran,” tambah Dr. Guntur.

Menurut dosen ilmu komunikasi UMBY ini, seseorang bisa saja secara psikis dan emosional akan merasakan tekanan keletihan justru bukan karena semata beban kerja melainkan justru karena manusia kehilangan makna hidupnya karena watak ketergantungannya pada teknologi digital yang pada akhirnya menyebabkan keletihan secara psikis dan emosional.

Dalam ujung diskusinya, Guntur Narwaya menekankan pada aspek fundamental penting soal sikap kebutuhan seseorang untuk memiliki ‘silent time’ semacam sikap menjaga jarak untuk lebih reflektif dan kritis dalam memaknai realitas sesuatu. Dengan kebiasaan ‘reflektif’ ini sesorang tentu saja tidak akan mudah hanyut dan larut dalam berbagai problem informasi yang bisa jadi justru bermasalah dan jauh dari kebenaran.