Sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, vanili merupakan tanaman yang berpotensi mengangkat taraf perekonomian rumah tangga. Sifatnya yang mudah dibudidaykan memungkinkan tanaman emas hijau ini dikembangkan oleh ibu rumah tangga di pekarangan. Untuk itulah pada Kamis (7/2), Kelompok KKN 38 Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) bekerjasama dengan Perkumpulan Petani Vanili Indonesia (PPVI) menyelenggarakan penyuluhan budidaya vanili di Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari, Dusun Soropati, Hargotirto, Kokap, Kulon Progo.
Dalam program ini, anggota KWT Lestari mendapatkan edukasi dan pelatihan budidaya Vanili. Menurut Pascalia, ketua tim KKN, target dari kegiatan ini adalah terbentuknya kebun-kebun vanili kecil di halaman rumah yang dikelola oleh anggota KWT . “Pada tahap awal, kami melakukan sosialisasi, selanjutnya praktik pembibitan, penanaman di pekarangan, hingga panen dan penjualan yang mana dalam pelaksanaannya kami dibantu PPVI regional Jateng-Jogja,” ungkap Lia.
Rahmat Ariza Putra, wakil PPVI, mengatakan bahwa agenda pemberdayaan ini bersifat jangka panjang yang akan terus berlanjut meskipun KKN usai. “Setelah adik-adik KKN ini pulang, kami dari PPVI yang akan melakukan pendampingan secara simultan dari tanam hingga jual seluruhnya akan didampingi PPVI,” ujar alumni UMBY ini.
Jika program ini berhasil, papar Rahmat, dalam 2 tahun ke depan, 40 batang panili yang ditanam oleh 25 anggota KWT ini akan berbuah. Setiap pokok tanaman diperkirakan mampu menghasilkan hingga ½ kg Vanili segar. 1 kg polong vanili matang yang dipanen 7-8 bulan setelah berbunga saat ini dihargai hingga Rp. 450.000. Dengan demikian, masing-masing anggota KWT berkesempatan memberikan penghasilan tambahan untuk rumah tangga hingga 9 juta rupiah per musim.
Pundi-pundi rupiah dalam jumlah tersebut, ulas Rahmat, hanya akan terwujud jika ibu-ibu ini disiplin panen tua. Kendala utama pengembangan Vanili selain jumlah bibit yang terbatas adalah kebiasaan petani panen muda. Padahal vanili yang belum matang memiliki kadar asam vanillin yang sangat rendah dan tidak disukai konsumen. Situasi ini umumnya terjadi karena ketidaktahuan petani dan ulah tengkulak-tengkulak nakal yang berspekulasi di saat harga emas hijau melonjak tajam.
“Sebetulnya panen muda sangat merugikan petani, selain karena dihargai rendah oleh tengkulak, ke depannya akan menghancurkan komoditas vanili Indonesia itu sendiri seperti yang pernah terjadi di masa lalu” tegas rahmat. Oleh karena itu melalui sinergi KKN UMBY kelompok 38 dengan PPVI, wanita tani vanili di Hargotirto ini akan memperoleh asistensi penuh dari hulu ke hilir agar dapat menghasilkan emas hijau bermutu yang bernilai ekonomi tinggi.